Tahukah kalian, Indonesia mempunyai 34 provinsi, dan di antaranya ada provinsi Jawa Timur, dan tahukah kalian apa saja kebudayaan yang terdapat di Jawa Timur? Beruntung kalian mampir ke situs ini, soalnya disini saya akan membahas secara detail mengenai kebudayaan Jawa Timur.
Kebudayaan Jawa Timur
Kebudayaan Jawa Timur masih terpengaruh dari kebudayaan propinsi Jawa Tengah. Seperti adanya kawasan yang dikenal sebagai Mataraman. Ini menunjukkan bahwa di daerah kawasan tersebut dulunya merupakan daerah kekuasaan dari Kesultanan Mataram. Daerah tersebut terdapat di eks-Karesidenan seperti Madiun yaitu
- Madiun
- Ngawi
- Magetan
- Ponorogo
- Pacitan
Atau eks-Karesidenan Kediri yaitu
- Kediri
- Tulungagung
- Blitar
- Trenggalek
- Sebagian Bojonegoro.
Di provinsi Jawa Timur, banyak sekali hal yang unik dari seni dan kebudayaan yang ada. Kesenian di daerah Jawa Timur memiliki ciri khas tersendiri seperti kebiasaan kebiasaan adat istiadatnya contohnya ludruk. Ludruk adalah kesenian Jawa Timur yang cukup terkenal, semacam seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya laki-laki.
Ludruk ini berbeda dengan ketoprak yang menceritakan kehidupan istana, ludruk diambil dari cerita kehidupan sehari-hari rakyat jelata. Dan dibumbui dengan humor dan kritik sosial, disertai Tari Remo dan parikan. Meski keberadaannya semakin dikalahkan dengan modernisasi namun kelompok tradisional ludruk saat ini masih bisa kita jumpai di daerah Surabaya, Mojokerto, dan Jombang.
Jawa Timur mempunyai 29 kabupaten dan 9 kota. Ibu kotanya yaitu kota Surabaya. Jawa Timur Merupakan Pulau Jawa yang memiliki wilayah yang sangat luas.
Suku yang ada di Jawa Timur
Suku Jawa adalah terbesar yang ada di Provinsi Jawa Timur maupun di provinsi Jawa lainnya. Berikut ini beberapa suku yang ada di Jawa Timur:
- Suku Jawa
- Suku Tengger
- Suku Osing
- Suku Madura
- Suku Bawean
Suku Jawa adalah terbesar yang ada di Provinsi Jawa Timur
Bahasa yang di Pakai di Jawa Timur
Di Jawa Timur ada beberapa bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakatnya, antara lain yaitu:
- Bahasa Jawa
- Bahasa Madura
- Bahasa Osing
- Bahasa Tengger
- Bahasa Kangean
Bahasa yang digunakan keseharian masyarakat Jawa Timur kebanyakan menggunakan bahasa Jawa
Rumah Adat Jawa Timur - Kebudayaan Jawa Timur
Rumah Joglo dikenal sebagai rumah adat yang berasal dari Jawa Timur, bentuknya yang limas serta atapnya yang megah sangat dikenal baik oleh masyarakat, Kata Joglo sendiri diambil dari bentuk atapnya yang besar dengan bentuk seperti sebuah gunung.
Rumah joglo Jawa Timur ini hampir sama dengan Joglo Jawa Tengah yang masih terpengaruh oleh agama Islam, Hindu dan Buddha yang menjadi satu pada bangunan tersebut.
Rumah Adat Joglo Sebagai Rumah Adat Jawa Timur
Pada awalnya rumah joglo ini kebanyakan hanya dimiliki oleh kalangan bangsawan, rumah ini dibangun untuk memperlihatkan status sosial masyarakat dengan tujuan mereka bisa menerima tamu dengan jumlah yang banyak. Tetapi zaman sekarang rumah joglo ditetapkan sebagai ikon rumah adat Jawa Timur yang bisa dimiliki oleh semua kalangan masyarakat.
Rumah adat Jawa Timur Joglo ini mempunyai hal unik tersendiri yang menjadi pembeda dari rumah adat yang lain, contoh salah satunya yaitu bahan utama untuk membuat rumah ini di dominasi oleh kayu jati. Selain itu juga rumah adat Jawa Timur ini memiliki beberapa jenis yang berbeda, berikut penjelasannya
Jenis Jenis Rumah Adat Joglo Jawa Timur
Masing masing dari jenis rumah adat Jawa Timur ini memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan yang lain
Romah Joglo Sinom
Rumah ini mempunyai ciri khas yaitu mempunyai 36 pilar dan 4 saka guru. Konsep dari rumah ini adalah perkembangan dari saka Joglo yang memakai teras keliling. Masing-masing keempat puncak ini didesain tinggi dan bertingkat.
Rumah Joglo Pangrawit
Rumah ini mempunyai ciri khas yaitu lebih jelas dari rumah Joglo sinom. Halamn rumah ini lebih luas dengan jumlah pilar juga lebih banyak dari rumah Joglo Sinom. Rumah ini mempunyai atap yang menjulang tinggi dan mengerucut dengan setiap sudutnya mempunyai pilar.
Rumah Joglo Hegeng
Rumah ini mempunyai ciri khas yang lebih rumit dari pada rumah Joglo Pangrawit, jumlah pilar lebih banyak lagi dan halamannya lebih luas juga. Rumah ini memiliki ruangan yang ukurannya lebih pendek serta atap yang tumpul. Biasanya yang memiliki rumah Hegeng ini adalah masyarakat yang penghasilan nya menengah ke atas.
Keunikan Rumah Adat Jawa Timur Berdasarkan Ruangannya
- Pendopo Yang Megah
- Emperan Sebagai Teras Untuk Bersantai
- Pringgitan Sebagai Lorong Masuk
- Omah Njero Yang Privatif
- Senthong Kiwa Sebagai Wilayah Ruangan Sebelah Kiri
- Gandhok Sebagai Gudang
- Senthong Tengen Sebagai Wilayah Ruangan Sebelah Kanan
- Senthong Tengah Sebagai Wilayah Sakral
Pakaian Adat Jawa Timur - Kebudayaan Jawa Timur
Pakaian adat Jawa timur mempunyai jenis jenis yang berbeda, nah kita akan bahas satu persatu secara singkat dan jelas jenis jenis pakaian adat yang ada di Jawa Timur ini. Berikut ini penjelasannya.
1. Pese'an Madura
Pakaian adat Jawa Timur dari Madura ini sangat familiar dan diingat oleh masyarakat pada umumnya, pakaian ini memiliki 2 wujud yaitu luaran baju berwarna hitam dan baju dalam nya kaos belang yang berwarna merah putih atau merah hitam, dan untuk celananya longgar serta panjang sampai mata kaki.
Pakaian yang satu ini sudah lumayan terkenal secara nasional bahkan mancanegara. berbeda dengan zaman dulu yang memakai pakaian ini hanya masyarakat Madura, sekarang masyarakat Jawa Timur banyak yang memakai nya, hingga akhirnya pakaian ini paten sebagai pakaian adat Jawa timur.
Zaman dulu baju ini dibuat dari bahan kain China, tetapi saat ini bahannya sudah dimodifikasi memakai bahan tetoran yang dibuat sendiri oleh masyarakat Madura.
2. Pakaian Mantenan
Nama pakaian mantenan ini sama seperti namanya mantenan yaitu pakaian pernikahan adat di Jawa Timur. Pakaian Mantenan ini digunakan saat kedua mempelai melakukan acara pernikahan dengan tata cara adat istiadat Jawa Timur.
Pakaian mantenan sangat banyak kalian temui dan banyak dipakai di berbagai tempat di Jawa Timur. Jenis pakaian ini juga selalu dilengkapi dengan aksesoris lain seperti odheng, kain, selempang, arloji rantai dan lain sebagainya.
3. Cak dan Ning Surabaya
Pakaian adat Cak dan Ning Jawa Timur ini berasal dari kota Surabaya. Hampir setiap tahun biasanya selalu diadakan ajang lomba pemilihan bujang dan gadis yang bernama Kontes Cak dan Ning. Dalam lomba tersebut, para bujang dan gadis biasanya memakai pakaian khas dari Surabaya tersebut. Pakain adat ini sempat tenar pada masanya dulu dan hingga saat ini juga masih kerap digunakan dalam acara-acara besar di kantor dan kediaman walikota atau di balai kota.
Pakaian Adat Jawa Timur Cak dikenakan kaum pria. Pakaian ini terdiri dari
- Beskap atau jas tutup untuk atasan
- Jarik sebagai bawahan
- Kuku macan sebagai hiasan yang digantung pada saku beskap
- Terompah
- Serta sapu tangan merah.
Sementara itu pakaian adat Jawa Timur Ning digunakan oleh kaum wanita. Pakaian ini terdiri dari
- Kebaya sebagai atasan
- Jarik untuk bawahan
- Kerudung lengkap dengan renda
- Dan beragam aksesoris tambahan lainnya seperti anting, selop, selendang, dan gelang.
4. Odheng Santapan
Odheng santapan ini adalah sebuah pelengkap pakaian yaitu berupa peci atau kupluk yang didesain dengan batik yang ciri khas Jawa Timur. Odheng ini dikenakan oleh laki-laki pada bagian kepala.
Desain odheng ini biasa dibuat oleh masyarakat dengan menggunakan motif batik yang terkenal seperti motif batik telaga biru yang masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan storjoan.
Peci atau kupluk odheng santapan ini bentuknya segitiga dan ukuran nya bisa dirubah dan disesuaikan dengan lingkar kepala setiap orang. Ukuran lingkaran kepala yang berbeda beda tentu menjadi perhitungan untuk kain batik yang dibutuhkan, semakin lebar ukuran kepala tentu semakin panjang kain batik yang dibutuhkan, begitupun sebaliknya.
5. Odheng Tapoghan
Bentuk dari odheng tapoghan ini mirip dengan odheng santapan, tetapi ada perbedaan diantara keduanya yaitu odheng tapoghan ini banyak digunakan oleh laki-laki ketimbang perempuan. Beberapa bagian dari odheng tapoghan ini mempunyai ciri khas tersendiri seperti ada bunga yang memiliki hiasan cantik pada bagian depan, ada juga soga yang menjadi pengganti kalau bunga tersebut tidak ada.
Soga ini diperlihatkan layaknya lidah api berwarna merah menyala-nyala. Bahan yang dipakai yaitu berupa kain batik dengan desain yang bisa dimodifikasi sesuai selera dan keindahan. Bentuknyapun mirip dengan odheng santapan yaitu segitiga dan sama-sama dikenakan pada bagian kepala.
6. Saring Bahan
Saring bahan merupakan salah satu pakaian adat Jawa Timur yang banyak digunakan. Berdasarkan namanya, saring bahan disusun dari bahan kain. Kain yang dipakai biasanya yaitu kain sutra, dan pada bagian plekat saring bahan ini menggunakan material katun, tentunya kain berkualitas tinggi dan nyaman untuk dikenakan.
Saring bahan ini biasanya berwarna yang beraneka ragam. warna yang dipilihkan merupakan warna-warna yang mencolok, contohnya warna kuning keemasan. Saring Bahan ini juga kebanyakan dipilih dengan warna dasar putih dan kotak-kotak hijau atau biru menjadi warna tambahan.
Untuk ukuran baju ini tentu bisa disesuaikan dengan ukuran masing-masing.
7. Ikat Pinggang
Ikat pinggang merupakan aksesoris penting untuk dipakai, ikat pinggang adat ini dikenal masyarakat dengan sebutan sabuk katemang raja, ada juga yang menyebutnya dengan sebutan katemang kalep.
Jika dibandingkan dengan ikat pinggan kebanyakan pada umumnya, ikat pinggang Jawa Timur ini memiliki ciri khas yaitu bentuk yang lebar serta bagian depan yang ditambahi saku yang bisa digunakan untuk menyimpang uang.
Bahan yang digunakan untuk membuatnya yaitu ciri khas terbuat dari material kulit hewan yakni sapi. Kualitas kulit sapi ini haruslah bagus dan tidak sembarangan kulit sapi. Kulit sapi yang dipilih biasanya berwarna coklat dan desain nya diatur polos.
8. Sandal Atau Alas Kaki
Selain ikat pingang, ada aksesoris lagi yang penting untuk digunakan yakni sandal atau alas kaki. Biasanya sandal atau alas kaki ini kebanyakan dipakai mempelai perempuan. Tetapi bila memerlukan, laki-laki juga bisa dikenakan sandal atau alas kaki ini. Aksesoris ini membuat penampilan seseorang menjadi semakin menarik terutama dibagian bawah mempelai.
Sandal atau alas kaki ini lebih dengan masyarakat dengan sebutan terompah karena bentuknya terbuka dan longgar dibagian ujung saat dipakai, dibagian sandal ditambahi penjepit yang berguna untuk menjepit kaki, khususnya dibagian jari-jari kaki supaya nyaman saat memakainya. Bahan sandal ini biasanya dari kulit sapi yang berkualitas.
Tari Tarian Daerah Jawa Timur - Kebudayaan Jawa Timur
Jumlah tarian adat yang ada di Indonesia kurang lebih sekitar 170 jenis tarian. Nah berikut ini beberapa diantaranya tarian adat yang terdapat di Provinsi Jawa Timur yang harus kalian tahu. Langsung saja kita simak satu persatu ya.
Tari Reog Ponorogo - Kebudayaan Jawa Timur
Tarian yang berasal dari Ponorogo ini biasa dimainkan oleh 6-8 laki-laki dan 6-8 perempuan, tarian ini memiliki durasi yang lumayan panjang karena melewati beberapa sesi, tetapi jika kalian menyukai seni tentu kalian tidak akan bosan untuk melihatnya.
Menurut sejarah tarian ini adalah sebuah tanda bukti seorang prabu zaman dulu yang mengejar cinta pujaan hatinya yang meminta syarat sebuah kesenian, dan terciptalah kesenian reog ini dengan awal 5 komponen penari yaitu:
- Prabu kelono sewandono
- Patih Bujangganong
- Jathil
- Warok
- Pembarong
Tarian ini menggunakan topeng seperti barongsai yang berukuran besar, berat topeng itu kurang lebih 50 kg dan penari itu menahan topeng itu dengan giginya, topeng ini dibuat dengan waktu yang lumayan lama, para pengrajin yang membuatnya pun mereka belajar dari 7 sampai 10 tahun agar bisa membuat topeng ini.
Tarian ini menggunakan topeng seperti barongsai yang berukuran besar, berat topeng itu kurang lebih 50 kg
Tari Remo - Kebudayaan Jawa Timur
Tarian adat Jawa Timur berikutnya adalah tarian Remo, tarian ini pada zaman dulu adalah sebuah tarian adat untuk menyambut tamu yang agung, tarian Remo diciptakan oleh pengamen yang waktu itu setiap orang diwajibkan bisa menari sampai pengamen pun pandai menari.
Yang memainkan tarian ini biasanya laki-laki tetapi saat ini tidak masalah siapa yang mau memainkan, boleh laki-laki atau perempuan, bahkan saat ini muncul tarian Remo Putri. Dulu tarian ini hanya sebatas tarian pembuka pertunjukan ludruk, namun seiring berkembangnya zaman tarian ini menjadi jenis tarian tersendiri dan dipentaskan setiap ada pertunjukan kesenian.
Pakaian yang dipakai pun berbeda-beda, ada yang bernuansa Surabaya-an, atau malang-an, remo putri jombangan, serta sawunggaling. Tarian ini biasanya diiringi musik gamelan.
Tari Jaranan Buto - Kebudayaan Jawa Timur
Tarian tradisional ini masih berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Kata ‘buto’ yang berarti raksasa. Jadi, tari jaranan buto memiliki arti yaitu kuda lumping raksasa.
Pada umumnya tarian ini biasanya dimainkan oleh 16 sampai 20 orang. Namun, tarian ini hampir punah, sekarang tarian ini biasanya dipertunjukkan ketika ada acara khitanan atau pernikahan. Penarinya pun rata-rata dari kalangan pria.
Para penari bermake up tebal dan sangat menyeramkan. Itu karena konon katanya karena Jaranan Buto diambil dari Menak Jinggo. Sosok manusia yang berwajah raksasa.
Gerakannya pun terkadang ekstrim, ada akting bertengkar. Bahkan tak jarang ada salah seorang penarinya yang kesurupan. Hati-hatilah kalian jika ingin mengikuti tarian ini.
Musik yang mengiringi tarian ini biasanya yaitu kendang, dua gong besar, kecer, dua bonang, dan kempul terompet.
Tari Wayang Topeng - Kebudayaan Jawa Timur
Jika di Jawa Barat ada tari topeng, di Jawa Timur pun ada tari topeng ini yang berasal dari kota malang, di Jawa Timur lebih dikenal dengan sebutan Tari Wayang Topeng karena penari memakai pakaian layaknya wayang kulit.
Tarian ini pada zaman dahulu hanya untuk pertunjukan ritual saja.
Topeng di sini melambangkan sebuah rasa apresiasi pada wajah nenek moyang mereka, saat itu topeng mempunyai arti penghormatan terhadap roh leluhur, tarian ini memang sedikit bernuansa mistis.
Menurut sejarah tari ini digunakan saat agama Islam masuk wilayah Jawa. dan Tarian ini menjadi salah satu cara untuk menarik perhatian masyarakat Jawa yang saat itu masih kental dengan agama Hindu.
Tari topeng Jawa Timur ini mengisahkan kisah cinta Ramayana dan panji, berbeda dengan tari topeng Jawa Barat yang lebih berlatar belakang sejarah wayang golek.
Tarian ini biasanya diiringi bonang, gong, kendang dan gamelan
Tari Gandrung Banyuwangi - Kebudayaan Jawa Timur
Tarian tradisional Tari Gandrung Banyuwangi ini asalnya dari Banyuwangi, kata gandrung melambangan panggilan Dewi Sri, Anggapan masyarakat pada zaman itu bahwa Dewi Sri adalah Dewi yang bisa memberi kesuburan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Tarian ini muncul pada ketika pembangunan ibu kota Balambangan, hingga akhirnya salah satu seniman menulis suatu makalah tentang seorang lelaki yang keliling ke pedasaan dengan beberapa pemain musiknya. Tarian ini juga satu genre dengan tarian Ketuk Tilu.
Cerita itu kemudian menjadi cerita rakyat yang dibawa dari generasi ke generasi sampai terciptalah Tari Gandrung Banyuwangi ini, Kala itu masyarakat yang menikmatinya selalu memberi barang seperti beras, pangan atau barang lainnya sebagai imbalan.
Biasanya kostum yang dipakai yaitu baju dari beludru, dan atributnya. Pada bagian kepala, memakai mahkota yang dinamakan omprok, pada bagian kaki memakai samping batik. Kemudian musik pengiringnya yaitu kempul atau gong.
Tari Glipang - Kebudayaan Jawa Timur
Tarian ini biasanya dimainkan oleh laki-laki dengan pakaian dan musik yang ditabuh seperti yang biasa di negara Arab. Nama Glipang sendiri diambil dari kata bahasa Arab yakni dari kata Gholiban yang berarti kebiasaan.
Menurut sejarah yang menciptakan tarian ini yaitu Seno Truno ketika dia bekerja menjadi mandor penebang tebu miliki Belanda. Melihat sikap Belanda yang sewenang-wenang membuat dia berhenti bekerja dan dia berinisiatif menciptakan tarian ini kemudian digambarkan setiap sejarah kehidupan nya ketika bekerja bersama Belanda.
Dilihat dari gerakan tarian tersebut, penari seakan-akan berada dalam posisi kuda-kuda seperti hendak menyerang, gerakan gerakan tersebut menggambarkan kehidupan kolonial Belanda yang selalu ingin di pandang tinggi, gerakan tangan memegang pinggang diartikan dalam kehidupan sehari-hari sangat tidak sopan.
Tetapi semakin kesini tarian tersebut banyak terjadi perubahan tarian ditujukan untuk menandakan keadaan masyarakat yang ketika itu kebanyakan prajurit yang melawan para penjajahan Belanda.
Tari Beskalan
Tarian adat yang satu ini berasal dari kota Malang, Jawa Timur. Nama tarian ini diambil dari kata 'bekalan' tarian ini sudah sangat tua dan kira-kira sudah berumur ratusan tahun.
Tarian ini menunjukan gerakan yang menandakan keanggunan seorang perempuan, seorang perempuan yang feminim, lincah dan dinamis.
Tarian ini hampir serupa dengan tarian jaipong, akan tetapi jika dilihat lebih jelas tarian ini sangatlah berbeda dengan jaipong, yang membedakan adalah dari bahasa sindennya.
Tarian ini biasanya mengenakan pakaian seperti Wedokan, semyok, sanggul hiasan dikepala, slendang serta atribut yang lainnya.
Senjata Tradisional Jawa Timur - Kebudayaan Jawa Timur
Senjata tradisional adalah salah satu seni budaya Indonesia yang masih menjadi perhatian masyarakat, senjata tradisional sangat membantu masyarakat terutama dikehidupan zaman dahulu, senjata ini bisa digunakan untuk berburu, bertani, berperang atau sebagai alat perlindungan diri dari serangan musuh atau hewan buas.
Berikut ini daftar senjata tradisional yang terdapat di Jawa Timur
Clurit
Clurit atau celurit adalah senjata tradisional Jawa Timur yang berasal dari daerah Madura. Menurut kepercayaan masyarakat clurit ini berasal dari legenda pak Sakera atau Sakerah, yakni seorang mandor tebu dari Pasuruan yang menjadi tokoh perlawanan penjajahan belanda.
Bagi masyarakat Madura, Celurit memang tidak dapat dipisahkan dari tradisi mereka sampai sekarang. Senjata ini mempunyai bilah yang berbentuk melengkung yang menjadi ciri khasnya sendiri. Celurit menjadi senjata khas suku Madura yang biasa dipakai menjadi senjata ketika carok.
Senjata ini sangat melegenda, biasanya masyarakat Madura memasukkan sejenis makhluk gaib atau yang dikenal dengan sebutan "Khodam" yang tinggal disuatu benda dengan cara merapalkan doa-doa sebelum carok, akan tetapi fungsi utama dari alat ini yaitu sebagai alat pertanian.
Buding
Senjata ini dapat di temukan di masyarakat suku Using di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Senjata ini digunakan oleh masyarakat sebagai alat untuk membantu kegiatan sehari-hari juga sebagai alat untuk pertahanan diri segala ancaman, baik dari musuh ataupun bahaya binatang buas.
Senjata ini berbentuk seperti pisau atau golok yang berukuran panjang kira-kira sekitar 46 cm dan memiliki gagang serta mempunyai sarung pelindung.
Bionet
Bionet ini merupakan senjata tradisional Jawa Timur yang biasa dipakai masyarakat daerah Lenteng, Sumenep. Bentuk dari senjata ini lurus, mempunyai dua sisi yang tidak terlalu tajam, panjangnya hampir seperti pedang namun mempunyai ujung yang sangat runcing berbeda dengan senjata lainnya.
Awalnya Bionet digunakan sebagai senjata untuk berperang, menusuk, menambat dan membela diri dari berbagai ancaman serangan musuh, namun pada perkembangannya
Caluk
Caluk adalah senjata tradisional yang bentuknya sama dengan golok panjang tetapi dengan lengkungan diujung senjata dan ada kapak ditengahnya. Bisa dibilang senjata tradisional ini sangat unik.
Caluk ini sudah hampir jarang dipakai. Bisa dibilang sebagai benda pusaka yang langka keberadaannya. Senjata ini berukuran kurang lebih 1 m hampir sama dengan golok dan ada kapak ditengah-tengah badannya, zaman dulu namanya terkenal dengan sebutan Caluk Trantang, diambil dari nama empu pembuatnya yaitu Ki Trantang, yang pada masa itu tinggal di wilayah Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban-jawa timur.
Kudi
Senjata tradisional Jawa Timur yang bernama Kudi ini adalah salah satu senjata yang hampir sama dengan Kunjang senjata tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Kudi ini juga biasa dikenal dengan istilah Gaman, yang diartikan serba bisa. Kudi ini adalah suatu alat yang sifatnya serba bisa dipakai masyarakat pedesaan Jawa itu sendiri.
Masyarakat pada waktu itu percaya dengan gaman ini akan bisa “nguripi” dalam arti menghidupi dalam segala situasi kondisi mereka. Mereka beranggapan dengan kudi ini mereka bisa mencari makan walau tidak mempunyai uang, Kudi bisa dipakai untuk mencari kayu bakar dan kemudian dijual. Dengan Kudi mereka percaya bisa melakukan segala hal, seperti:
- Mencari kayu
- Berburu
- Membentuk atau mengukir obyek bambu/kayu
- Dan dijadikan sebagai senjata untuk membela diri.
Keris
Keris adalah salah satu senjata tradisional yang dapat kita temukan bukan hanya di Jawa Timur saja, namun sudah umum ditemukan di berbagai pelosok tanah air. Tetapi ternyata pengrajin atau pembuat keris ini paling banyak dijumpai di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Sumenep Madura.
Tidak hanya empu zaman dulu seperti zamannya empu gandring atau empu kelleng yang mampu mencipta keris pusaka, di era yang sudah serba modern, masih banyak para empu yang mampu membuat keris pusaka. Kualitas yang di hasilkan pun sama bagusnya dengan keris pusaka zaman dahulu, keris buatan empu asal kabupaten Sumenep ini sangat di minati para kolektor keris tingkat asia bahkan dunia.
Demikian pembahasan kita seputar Kebudayaan Jawa Timur, kami akan menambahkan lebih banyak lagi nantinya. Stay tuned !
Diperbarui : 15 Sep 2021