Blimbingsari
Deskripsi
Desa Blimbingsari (atau Belimbingsari) menjadi bukti toleransi beragama di Pulau Bali. Blimbingsari menawarkan pengalaman kultural yang unik, perpaduan harmonis antara budaya Bali dengan Kristen.
Sejarah desa ini berawal pada tahun 1939, ketika itu terjadi ketegangan di sejumlah desa di Bali yang dipicu oleh penyebaran agama Kristen di pulau yang mayoritas beragama Hindu ini. Untuk meredakan ketegangan tersebut, Pemerintah Hindia Belanda memindahkan penduduk yang menganut Kristen ke sebuah pemukiman baru di huutan Melaya Jembrana. Inilah cikal-bakal Desa Blimbingsari. Desa ini diberi nama Blimbingsari (atau Belimbingsari) karena sebelum dibuka, kawasan hutan Melaya dipenuhi oleh pohon belimbing yang berbunga lebat tapi tidak berbuah.
Awalnya hanya 30 orang penduduk yang datang, kemudian rombongan lainnya menyusul di tahun-tahun berikutnya. Mereka membangun Desa Bllimbingsari dengan akulturasi antara budaya asli Bali dan agama Kristen. Jalan-jalan diatur sangat baik hingga ke area perkebunan palawija. Terdapat dua unit gereja, yaitu Gereja Pniel di Banjar Blimbingsari dan Gereja Imanuel di Banjar Ambyarsari yang memiliki gaya arsitektur menyerupai Pura khas Bali lengkap dengan ornamen dan ukir-ukirannya.