Bumiayu

0.0 (0 Reviews)

Deskripsi

Dahulu kala, pada tahun 1891 terdapat sesepuh/prajurit dari Kerajaan Majapahit yang bernama Nolokerto. Ia mengembara dari satu desa ke desa lain, dan pada suatu hari, ia datang ke suatu  tempat yang memiliki panorama yang indah dan keadaan tanah yang sangat subur, baik keadaan alam maupun lingkungannya, bahkan sumber daya alamnya pun sangat melimpah, seperti adanya sungai yang memiliki banyak sumber batu dan pasir, serta keadaan tanah yang sangat subur. Kemudian beliau menetap di daerah tersebut dengan maksud bahwa kemungkinan besar daerah tersebut kelak akan menjadi suatu perkampungan yang sangat maju dan subur.

Dengan berjalannya waktu, Mbah Nolokerto pun menetap di daerah tersebut sambil menyebarkan agama Islam. Karena kearifan dan sepak terjang Mbah Nolokerto yang baik, sehingga banyak orang yang menetap di daerah tersebut. Karena banyaknya penduduk dan semakin banyak rumah, maka daerah tersebut dinamakan dukuh Lebo

Nama Dukuh Lebo memiliki sejarahnya tersendiri, yaitu pada suatu hari telah terjadi suatu bencana banjir karena meluapnya Kali Damar (Sungai Damar) hingga terjadi banjir yang kemudian membanjiri dukuh Lebo pada malam hari yang mengakibatkan dusun tersebut terendam air. Ketika banjir melanda, banyak penduduk yang tidak mengetahuinya, atau dalam bahasa Jawa disebut ‘kleleb ora nggalebo’ (datang dengan tiba-tiba), maka dukuh tersebut dinamakan Lebo oleh Mbah Nolokerto.

Pada tahun 1898, terdapatlah dua dukuh yaitu dukuh Timbang dan dukuh Tempel. Kemudian pada tahun 1901, dukuh Lebo bergabung dengan wilayah Desa Bumi Rahayu yang dahulu tergabung dalam Desa Plumbon (sekarang Desa Sumberagung). Pada tahun 1911, desa tersebut menjadi Desa Bumiayu hingga sekarang.

Desa Bumiayu dibagi menjadi tiga dukuh, yaitu Dukuh Lebo, Dukuh Timbang, dan Dukuh Tempel. Penduduk Desa Bumiayu semakin padat dan ramai, seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas penduduk wilayah tersebut.

 

Show more

Review (0)
0.0

Write a review

Rate This Place
Tulis Review

Spot sekitar

×