Gedawang
Deskripsi
Kelurahan Gedawang memiliki potensi desa yang dapat dikembangkan menjadi wisata berbasis edukasi seperti Kampung Tematik Susu Perah, serta produk UMKM masyarakat seperti keripik singkong dan produk lain. Potensi desa yang lain seperti potensi alam, potensi wisata religi dan budaya yang digelar tahunan dan kebun warga yang menjadi peluang untuk dikembangkan menjadi agrowisata yang dapat menarik minat masyarakat luas.
Potensi alam dari Kelurahan Gedawang ini yang mulai dikenal luas oleh masyarakat yakni Curug Kedung Gandul. Curug Kedung Gandul merupakan air terjun walaupun tingginya hanya berkisar 5 meter, namun kondisi lingkungan yang masih elok nan asri. Lokasi Curug Kedung Gandul di Kelurahan Gedawang berada di RW 1, untuk menuju ke lokasi cukup mudah namun saat masuk di kawasan Curug Kedung Gandul kondisi masih jalan setapak di kelilingi pepohonan dan rerumputan.
Potensi alam lain dari Kelurahan Gedawang yakni pemandangan perbukitan yang asri ditambah dengan pemandangan Gunung Ungaran, bahkan apabila cuaca bagus akan terlihat Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Pemandangan ini dapat dinikmati di atas jembatan Gedawang Permai 3 yang dibawah jembatan tersebut merupakan jalan tol Banyumanik - Ungaran - Bawen. Pemandangan ini tambah elok saat bersamaan dengan matahari terbit di ufuk timur atau arah Kota Semarang dan ufuk barat di arah Gunung Ungaran.
Potensi eduwisata di Kelurahan Gedawang cukup beragam salah satunya Kampung Tematik Sapi Perah. Kampung Tematik Sapi Perah yang berada pada RW 10 ini salah satu spot edukasi yang dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada setiap pengunjung mengenai berternak sapi perah. Kampung Tematik Sapi Perah pada kelurahan Gedawang dikelola oleh kelompok Tani “PUSPA HATI” yang sudah didukung penuh oleh pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Semarang, sehingga memiliki penyuluh yang membantu dalam kegiatan di Kampung Tematik Sapi Perah.
Potensi eduwisata lain yakni terdapat kebun sayuran hidroponik, kebun jamur timur, kebun jambu air dan jambu kristal. Potensi eduwisata ini rencanya akan dikembangkan lebih baik lagi dan apabila kondisi sudah memungkinkan akan dikelola lebih baik lagi. Potensi eduwisata lain yakni Bank Sampah yang sudah ada sejak kurang lebih 5 tahun lalu dan menjadi salah satu kegiatan pemberdayaan untuk masyarakat khususnya di Kelurahan Gedawang. Potensi Bank Sampah ini menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan serta mengubah sudut pandang bahwa sampah juga bernilai.
Potensi lain dari Kelurahan Gedawang yakni memiliki area rekreasi keluarga berupa Pemancingan Risana, pengunjungan dapat memancing lalu ikan hasil pancing dimasak sesuai dengan menu tersedia. Potensi lain yang tidak kalah menarik yakni potensi budayanya, namun karena masih dalam masa pandemic sehingga kegiatan kemasyarakatan masih sangat terbatas. Potensi budaya yang ada di Kelurahan Gedawang seperti pagelaran ”apitan” yakni kegiatan pagelaran budaya yang lebih dikenal sebagai sedekah bumi atau ngalap berkah
Pagelaran budaya ini biasanya diadakan satu tahun sekali di Bulan Zulkaidah dalam perhitungan kalender Jawa. Tujuan dari kegiatan ini menjadi bentuk rasa syukur akan berkah dan hasil bumi yang telah Tuhan berikan. Pagelaran ini semakin meriah karena tidak hanya acara berdoa bersama, namun aka nada arak – arakan hasil bumi dan warga akan berebut untuk mengambil hasil bumi tersebut. Pagelaran ini juga tidak lengkap adanya pagelaran wayang kulit 1 hari 1 malam dan pasar raya yang akan memenuhi jalanan.
Pagelaran budaya lain yakni adanya kegiatan nyadran atau bersih – bersih kuburan sebagai cara untuk menghormati leluhur, bersih kuburan serta mendoakan sanak keluarga yang telah tiada. Kegiatan nyadran atau bersih kuburan ini diadakan di petilasan makam mbah kramat, makam desa yang ada petilasan batu guling. Kegiatan nyadran ini diadakan saat memasuki Bulan Syakban ( Ruwah ) menurut perhitungan kalender jawa. Kegiatan ini biasanya dilakukan bersih – bersih lingkungan kuburan atau makam bersama, lalu berdoa bersama dipandu pemangku adat atau agama dan diakhiri makan bersama. Tradisi makan bersama di acara nyadran ini, masing – masing keluarga atau orang akan membawa makanan dan akan di tata rapi diatas daun pisang atau liwetan yang menambah rasa nikmat.