Karangduwur

0.0 (0 Reviews)

Deskripsi

1. Lokasi

Desa Karangduwur merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Desa Karangduwur berada di antara Desa Argopeni, Desa Srati, dan Desa Kalipoh. Perjalanan melalui jalur pantai selatan menggunakan kendaraan pribadi dari Kota Kebumen menuju Desa Karangduwur memakan waktu sekitar satu jam. Kondisi jalan yang naik turun dan meliuk-liuk menjadi salah satu keunikan Desa Karangduwur.

 

2. Akses Kendaraan

Bagi para wisatawan yang hendak mengunjungi Desa Karangduwur dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Jika ingin menggunakan kereta, maka stasiun terdekat adalah stasiun Gombong. Kemudian, dari stasiun Gombong melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan umum semacam metromini sampai ke Pasar Ayah. Setelah itu, berganti naik angkot sampai ke Desa Karangduwur. Menggunakan kendaraan umum relatif memakan waktu lebih lama yaitu sekitar satu jam tiga puluh menit dari stasiun Gombong.

 

3. Mata Pencaharian

Di ujung selatan Desa Karangduwur berbatasan langsung dengan laut Hindia. Laut tersebut bernama Pantai Menganti. Laut yang dikelilingi pemandangan indah untuk berwisata, dijadikan juga tempat mencari nafkah oleh sebagian besar masyarakat desa sebagai nelayan. Selain sebagai nelayan, masyarakat Desa Karangduwur juga memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak. Pertanian yang biasa digeluti yaitu pertanian padi. Padi yang dihasilkan biasanya dijual maupun untuk konsumsi pribadi keluarga. Sedangkan dalam dunia ternak biasanya memelihara ayam, sapi, atau kambing. Ternak yang telah berkembang biak biasa dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Aktivitas masyarakat Desa Karangduwur yang jarang ada di desa lain yaitu produksi gula merah manual. Selain menjadi nelayan, tidak sedikit masyarakat yang mengandalkan pohon kelapa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Umumnya, produksi gula merah hanya dilakukan oleh generasi tua. Kegiatan tersebut dimulai dengan para suami yang setiap pagi dan sore memanjat pohon kelapa untuk mengambil air nira. Kemudian, air nira diolah secara manual oleh sang istri menggunakan tungku kayu bakar sampai menjadi gula merah. Proses untuk mengubah air nira sampai menjadi gula merah membutuhkan waktu sekitar empat jam. Waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan gula merah dapat berbeda-beda karena proses yang dilakukan dapat dilakukan langsung sampai selesai atau ditunda terlebih dahulu. Apabila ingin ditunda, masyarakat Desa Karangduwur menyebut air nira harus dalam keadaan “semengka” (air nira sudah mendidih dan berubah warna) terlebih dahulu. Setelah “semengka”, proses pembuatan gula merah dapat dihentikan dan dilanjutkan beberapa jam kemudian. Setelah menjadi gula merah biasanya dikumpulkan terlebih dahulu sekitar satu minggu untuk kemudian dijual ke pengepul.

 

4. Kebudayaan

Desa Karangduwur memiliki toleransi keagamaan yang tinggi dimana agama yang dominan adalah agama Islam. Di sisi lain, agama yang juga banyak penganutnya yaitu agama Buddha. Bahkan Desa Karangduwur memiliki tempat ibadah Vihara sendiri. Hal tersebut jarang dimiliki oleh setiap desa yang ada di Kecamatan Ayah. Bentuk toleransi agama yang biasa dilakukan masyarakat yaitu saling menghargai prosesi pemakaman jenazah dan perayaan hari besar agama. Salah satu kegiatan umat agama Budha yaitu mengunjungi candi yang berhubungan dengan agamanya. Biasanya, umat yang beragama Buddha akan membagikan oleh-oleh dari kunjungan candi ke tetangga tanpa pandang bulu agama yang dianut tetangganya. Sebaliknya, ketika umat muslim memasuki bulan suci Ramadhan maupun sampai ke hari kemenangan (Idul Fitri) maka akan membagikan atau mengajak tetangga untuk menikmati hidangan khas bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Tidak hanya penganut agama Islam dan Budha, Desa Karangduwur juga terdapat penganut agama Kristen. Begitu indahnya ketika hidup dalam keberagaman dengan rasa toleransi yang tinggi.

Selain toleransi yang tinggi, masyarakat desa juga memiliki sikap gotong royong yang kuat. Hal tersebut dibuktikan dengan kebiasaan kerja bakti yang biasa dilakukan untuk menjaga kenyamanan dan keamanan desa. Contohnya ketika hendak merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus, seluruh masyarakat desa akan bergotong royong membersihkan, merias, dan menyiapkan kegiatan desa. Tradisi yang biasa dilakukan pada tanggal 17 Agustus yaitu arak-arakan (berjalan ramai-ramai) dari ujung desa ke ujung desa menggunakan kostum atau karya yang dibuat setiap RT. Selain perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, kerja bakti yang biasa dilakukan yaitu ketika ada yang terkena musibah atau akses publik yang mengalami kerusakan. Biasanya warga terdekat akan membantu membereskan kerusakan yang terjadi.

Desa Karangduwur memiliki budaya yang masih kental seperti penyelenggaraan acara sedekah bumi dan sedekah laut yang diperingati setiap tahun. Tradisi tersebut masih dilakukan sebagai bentuk syukur masyarakat desa terhadap melimpahnya hasil sumber daya alam baik dari laut maupun daratan yang selalu membersamai kehidupan masyarakat desa. Kebudayaan lain seperti wayang kulit dan kuda lumping juga masih sering diselenggarakan dalam acara desa maupun penampilan dalam pesta pernikahan atau sunatan anak laki-laki. 

 

5. Wisata

Memanfaatkan kekayaan alam, Desa Karangduwur tengah berkembang menjadi desa wisata. Keindahan bukit yang mengelilingi desa dan potensi laut yang dimiliki merupakan aset besar Desa Karangduwur untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Pemerintahan desa, Lembaga Masyarakat Desa dan Hutan (LMDH), dan Karang Taruna selalu berkolaborasi untuk mewujudkan kemakmuran desa. Wisata unggulan kebanggaan desa Karangduwur yaitu Pantai Menganti. So, ayo luangkan waktu Anda untuk menikmati keindahan Desa Karangduwur!

Show more

Review (0)
0.0

Write a review

Rate This Place
Tulis Review

Spot sekitar

×