Tinjomoyo

0.0 (0 Reviews)

Deskripsi

Kelurahan Tinjomoyo merupakan salah satu dari 11 kelurahan yang tergabung ke dalam Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Kelurahan ini terletak di paling ujung kecamatan. Secara administratif, Kelurahan Tinjomoyo berbatasan langsung dengan jalan tol Jatingaleh-Krapyak di sebelah utara, Ngesrep Barat III/Srondol Kulon di sebelah selatan, Universitas Katolik Soegijapranata di sebelah Barat, dan Jalan Setiabudi Kelurahan Sumurboto di sebelah timur (kecbanyumanik.semarangkota.go.id).

Luas Kelurahan Tinjomoyo secara keseluruhan adalah 202,47 Ha. Di dalamnya terdiri atas 8 RW dengan jumlah RT sebanyak 46. Dari jumlah tersebut, kelurahan yang dipimpin oleh Bapak Sugiharto, SE. ini memiliki jumlah penduduk (data bulan September 2019) sebanyak 10.799 jiwa dengan komponen 5.515 laki-laki dan 5.284 perempuan (tinjomoyo.semarangkota.go.id).

Banyak aspek menarik yang bisa ditemukan di Kelurahan Tinjomoyo. Salah satunya dari aspek sejarah penamaan Tinjomoyo. Dari namanya, kata Tinjomoyo berasal dari kata tinjo dan semoyo. Tinjo dalam bahasa Jawa berarti wis tekan nggone, sedangkan semoyo berarti ora teko. Penamaan daerah ini berdasarkan cerita yang terjadi pada zaman dulu. Daerah ini menjadi tempat singgah para wali untuk beristirahat dalam perjalanan rangka syiar agama Islam. Para wali sepakat dalam peristirahatannya itu akan mengadakan musyawarah membahas syiar agama. Namun, ternyata ada satu wali yang tidak juga hadir. Hal ini pun membuat pertemuan tersebut ditunda (dalam bahasa Jawa: semoyo). Oleh karena itu, perjalanan kembali dilanjutkan menuju tempat tujuan. Sebelum berangkat, salah seorang wali berucap “nyapdo yen mbesuk ono Rejo Rejaning Jaman panggonan iki tak jenengke Tinjomoyo”. Dari kejadian inilah nama Tinjomoyo mulai dikenal sampai dengan sekarang sebagai suatu nama kelurahan di Kota Semarang.

Sama halnya dengan kelurahan lain, kehidupan masyarakat Kelurahan Tinjomoyo ditunjang dari beberapa aspek yang mencakup religi, pendidikan, ekonomi, kesehatan, budaya, wisata, dan lain-lain. Pada aspek religi, masyarakat Kelurahan Tinjomoyo didominasi oleh agama Islam. Meski demikian, ada pula beberapa masyarakat di sana yang menganut agama lain, yaitu Kristen dan Khatolik. Hal ini tecermin karena wilayah Kelurahan Tinjomoyo memiliki masjid dan gereja sebagai tempat ibadah. Kemudian pada aspek pendidikan, kelurahan ini memiliki sekolah dari tingkat paud sampai dengan SMA. Pada aspek ekonomi, Kelurahan Tinjomoyo didukung oleh adanya UMKM, pasar koperasi, dan toko-toko. Pada aspek kesehatan, ada pula apotik, klinik, bahkan sampai dengan rumah sakit. Kemudian melihat aspek budaya, kelurahan ini memiliki ciri khas pada kesenian punokawati.

Aspek lain juga menjadi daya tarik masyarakat luar. Seperti spot-spot tempat tertentu yang dimiliki Kelurahan Tinjomoyo. Pada aspek wisata, kelurahan ini memang tidak memiliki spot khusus seperti halnya daerah lain yang mungkin memiliki tempat wisata yang menawarkan keindahan alam. Tidak juga wisata pertanian, wisata religi, dan wisata konvensi. Namun ketika ditelisik lebih dalam, Kelurahan Tinjomoyo ternyata memiliki banyak spot yang sangat berpotensi. Seperti spot sendang yang bisa dijumpai di tiga tempat, yaitu Sendang Nganten, Sendang Wewe, dan Sendang Pentul. Unik dan mungkin sangat jarang ditemui di daerah lain karena biasanya spot sendang banyak ditemui di daerah pedesaan. Kelurahan Tinjomoyo yang masuk ke wilayah administratif Kota Semarang dinilai unik karena memiliki tiga sendang sekaligus. Sendang ini digunakan sebagai salah satu sumber mata air yang mengalir ke rumah-rumah warga.

Dilihat dari fungsinya, ketiga sendang tersebut memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat di sana. Namun di balik itu, baik Sendang Nganten, Sendang Wewe, maupun Sendang Pentul menyimpan kisah-kisah mistis. Salah satunya Sendang Nganten yang terletak di 30 meter dari turunan Jalan Gombel Lama ini disebut-sebut memiliki misteri yang sampai saat ini sulit untuk dilogika. Pada zaman dahulu, ada sepasang pengantin yang datang ke sendang tersebut untuk mandi. Padahal menurut mitos yang beredar, siapapun yang berkunjung tidak dibolehkan untuk mandi. Sepasang pengantin yang datang itu pun tidak menghiraukan mitos tersebut. Hingga akhirnya pengantin itu hilang tak meninggalkan jejak. Diketahui masyarakat sekitar, hilangnya sepasang pengantin memiliki kaitan dengan dunia tak kasat kata yang ada di sana. Menurut beberapa pengunjung yang datang, mereka sempat mencium wewangian pengantin. Hal itu dipercaya bahwa hilangnya sepasang pengantin memang pernah terjadi di tempat ini. Kemudian dinamakanlah menjadi Sendang Nganten, sendang yang menjadi tempat hilangnya nganten atau pengantin.

Terlepas dari kisah mistis yang beredar di kalangan masyarakat, Kelurahan Tinjomoyo juga menyimpan potensi yang besar. Adanya kampung tematik menjadi spot unggulan bagi kelurahan ini, yaitu Kampung Jahe di RW 8 dan Kampung Pilah Sampah di RW 7. Kampung Jahe mulai dibangun pada awal tahun 2020 oleh pihak kelurahan. Penamaan Kampung Jahe merupakan hasil kreativitas masyarakat di RW 8 yang banyak memproduksi olahan kuliner berbahan dasar jahe. Kemudian Kampung Pilah Sampah, kampung ini memiliki dua tempat unggulan, yaitu taman dan Bank Sampah Ngudi Lestari. Taman Ngudi Lestari di dalamnya terdapatrumah bibit yang dikelola oleh Kelmpok Tani (KT). Uniknya, rumah bibit tidak hanya dimiliki oleh Kelompok Tani Ngudi Lestari saja. Di lokasi yang berbeda, RW 7 juga memiliki rumah bibit yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT). Keduanya sama-sama berperan dalam mengurangi angka stunting pada anak di Kelurahan Tinjomoyo.

Show more

Review (0)
0.0

Write a review

Rate This Place
Tulis Review

Spot sekitar

×