Tlogopucang
Deskripsi
Wilayah Kecamatan Kandangan yang merupakan salah satu dari 20 kecamatan di kabupaten Temanggung berbatasan dengan: wilayah barat dengan Kecamatan Kedu dan Gemawang, wilayah utara dengan Kabupaten Semarang dan Kecamatan Gemawang, sebelah timur Kabupaten Semarang dan Kecamatan Kaloran, dan sebelah selatan dengan Kecamatan Temanggung dan Kaloran. Kecamatan Kandangan terletak pada ketinggian tanah rata-rata 657,31 m dpl dengan suhu antara 30 derajat dan 20 derajat dengan rata-rata jumlah hari hujan 64 hari dan banyaknya curah hujan 22 mm/th. Kecamatan Kandangan memiliki luas wilayah sebesar 7.836 ha, dengan jumlah penduduk 46.679 orang dan mempunyai 16 desa.
Salah satu dari 16 desa di Kecamatan Kandangan adalah Desa Tlogopucang. Desa Tlogopucang terletak di ketinggian 820 m dari permukaan laut dan berjarak 12 km dari ibu kota Kecamatan Kandangan dan 20 km dari ibu kota Kabupaten. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 1.017 ha yang terbagi dalam lahan sawah - ha dan lahan bukan sawah 1.017 ha. Lahan sawah bukan sawah dipergunakan untuk bangunan/pekarangan, ladang/tegal/huma, hutan negara, perkebunan negara/rakyat, dan lahan lainnya.
Desa Tlogopucang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Kandangan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Desa Tlogopucang merupakan desa paling timur di kecamatan Kandangan , Kabupaten Temanggung , Jawa Tengah, Indonesia. Desa Tlogopucang merupakan desa yang memiliki jumlah penduduk paling banyak di Kabupaten Temanggung.
Pemberian nama Desa Tlogopucang berasal dari kata telogo dan pucang yang mengandung makna telogo yaitu sumber air dan pucang yang berarti diatas, dengan maksud bahwa masyarakat Tlogopucang pada waktu itu mata pencahariannya dari hasil dheres (menyadap enao/badeg) maka berdasarkan mata pencaharian petani yang mengambil Nira (sumber air yang diatas pohon aren).
Di sepanjang jalan Desa Tlogopucang akan disuguhi oleh hamparan pemadangan gardu pandangan yang sangat indah untuk dipandang. Suasana pedesaan asri yang berpadu dengan keindahan panorama hamparan perkebunan kopi hijau menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan. Destinasi yang paling ramai di Desa Tlogopucang adalah Wisata Watu Angkrik dan Watu Layah.
Berkat inisiasi dari masyarakat desa, desa ini sukses mengembangkan potensi alam yang dimiliki lewat pengembangan lahan menjadi lokasi wisata dengan pemandangan gardu pandang yang ditawarkan yang sebelumnya belum terekspos. Hasilnya tidak hanya gardu pandang yang di kenal masyarakat luar desa. Selain itu juga melahirkan kawasan wisata baru yang berhasil memajukan perekonomian desa.
Desa Tlogopucang memiliki dua wisata gardu pandang yang memiliki jarak kurang lebih 70 meter yang masih terjaga keasriannya, yaitu Wisata Gardu Pandang Watu Layah dan Watu Angkrik yang terletak di sekitar perbukitan dengan panorama indah. Selain itu, terdapat wisata Embung Tlogopucang yaitu telaga buatan yang digunakan untuk tempat menampung air hujan yang akan digunakan sebgai sumber air bagi penduduk desa Tlogopucang pada saat musim kemarau karena sering kali mengalami kekeringan. Selain sebagai tempat penyimpanan air, embung Tlogopucang ini juga digunakan sebagai salah satu objek wisata di Desa Tlogopucang, Kabupaten Temanggung ini.
Sebagian besar masyarakat desa Tlogopucang bermata pencaharian sebagai pengambil air nira dan di kemas sebgai gula aren dengan berbagai bentuk contohnya seperti gula aren padat, gula aren semut, gula aren cair dan sirup gula aren. Dimana dalam pengolahannya masyarakat desa Tlogopucang memiliki ciri khas sendiri dibanding dengan pengolahan nira gula aren pada daerah lain.
Sebagai daerah dengan corak agraris, Tlogopucang sangat erat kaitannya dengan kesenian dan tradisi yang menonjolkan keharmonisan dan kesederhanaan. Beberapa kesenian tradisional dan tradisi-tradisi yang masih dijalankan merupakan budaya yang mengakar kuat. Diluar dari pemandangan alamnya yang indah, Desa Tlogopucang juga memiliki berbagai kesenian dan adat istiadat yang patut dipertahankan dan dijaga kelestariannya. Beberapa adat istiadat yang ada di desa Tlogopucang diantaranya Sadranan Kyai Kramat dan tradisi Ngedun – dunke. Bahkan terdapat mitos atau budaya dimana masyarakat Desa Tlogopucang pantang untuk menjual nasi.
Masyarakat Tlogopucang merasa perlu memberikan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas segala rahmat serta rejeki yang selama ini telah diterima. Tradisi Sadranan di Desa Tlogopucang dilaksanakan setiap tanggal 11 pada bulan Suro. Lokasi Sadranan berada di makam Kiai Kramat di desa Tlogopucang. Konon oleh masyarakat, Kiai Kramat dipercaya sebagai Kiai yang menyebarkan agama Islam di Desa Tlogopucang. Oleh karena itu, sebagai wujud mengenang beliau maka Upacara Sadranan dilaksanakan di makam Kiai Kramat.
Kesenian yang bekembang di desa Tlogopucang juga bermacam macam diantaranya kesenian tarian Topeng Ireng, Kuda Lumping, Angklung Tapak Asta dan masih banyak lagi. Berbagia kesenian dan adat istiadat ini sampai detik ini masih terus di pertahankan dan di kembangkan sebagai salah satu daya tarik dan keunikan tersendiri dari desa Tlogopucang.